Sebagai ibu kota Kabupaten Sikka di beranda timur Pulau Flores, Maumere adalah
tempat menarik untuk Anda berlibur. Selain itu, Maumere juga adalah
titik keberangkatan yang tepat untuk Anda mengawali petualangan
menyusuri Pulau Flores. Maumere memiliki hamparan bukit dan gunung yang berbaris beralaskan lautan jernih berwarna hijau dan biru.
Maumere disebut-sebut sebagai kota terbesar di Flores dan dapat dikatakan lebih besar daripada Labuan Bajo yang bertengger di ujung barat Flores. Kota ini dapat pula menjadi pembuka penjelajahan Anda menuju Taman Nasional Komodo. Dari kota Maumere Anda akan mendapatkan pengalaman yang berujung pada kepuasan.
…kota Maumere bangkit kembali dengan keindahan yang dulu pernah lestari
Dahulu, sebelum dihempas Tsunami tahun 1992, Maumere adalah ‘flores’ atau ‘bunga’ di Nusa Tenggara Timur.
Setelah hampir dua dekade, kota ini kemudian bangkit kembali dengan
keindahan yang dulu pernah lestari. Pintu gerbangnya terbuka lebar untuk
wisatawan, walau baru selebar bandaranya yaitu Bandara Frans Seda (baca: dulu bernama Bandara Wai Oti).
Asal keberadaan kota Maumere tidak lepas dari Keuskupan Larantuka. Sebelum datangnya kekuasaan Hindia Belanda, Maumere dikenal dengan nama Sikka Alok atau Sikka Kesik. Di sinilah pedagang Cina, Bugis, dan Makassar saling barter hasil bumi dengan penduduk setempat. Mereka hilir mudik dan menetap tak jauh dari pelabuhan air yang disebut Waidoko. Pemerintah Hindia Belanda kemudian yang membuka kantor pemerintahannya di Sikka dan memberi nama-nama baru seperti Maunori, Mautenda, Mauwaru, Maurole, Mauponggo, Maulo’o, dan terakhir Maumere yang merupakan daerah di Sikka.
Mayoritas penduduk Maumere beragama Katolik dan hidup rukun bersama penduduk Islam, Kristen, juga Budha
Agama Katolik sendiri pertama kali hadir
di Maumere dikenalkan dua orang pastor Dominikan tahun 1566, yaitu P.
Joao Bautista da Fortalezza. Keduanya mengenalkan agama ini di Paga, sebuah kota kecil sekitar 45 km arah Barat Maumere. Ada juga pastor Simao da Madre de Deos yang menjadi juru agama di Sikka. Mereka berdua dikirim oleh P. Antonio da Cruz dari Larantuka,
di Timur Flores. Larantuka sendiri merupakan kota yang ternama dengan
ritual agamanya yang disebut Semana Santa, minggu yang khidmat sebelum
Minggu Paskah.
sumber
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar